BADAI SICOKIN COVID-19 (Biarkan Mereka Mudik !)

BADAI SICOKIN COVID-19

(Biarkan Mereka Mudik !)

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Cirebon, Indonesia 25 April 2021

Kepada Yth,

Presiden Republik Indonesia

Ir. H. Joko Widodo

di

Tempat

Salam,

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Pemutaran film keganasan COVID-19, di Wuhan dan New York di ulang kembali di India. Dengan dasar itu, anda menginstruksikan supaya mudik di larang. Padahal anda tahu, bahwa mudik adalah sumber semangat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk bekerja lagi setahun berikutnya. Bertemu dengan orang-orang yang di kasihinya dan memberikan sedikit rezeki yang mereka dapat di rantau, adalah power yang luar biasa bagi sebagian besar masyarkat Indonesia untuk tetap bersemangat dalam mengarungi hidup dan kehidupan yang terus bertambah sulit ini.

Bahkan MUI pun tidak ingin kalah semangatnya dengan anda dalam melawan COVID-19 ini. Mereka meminta semua organisasi Islam untuk tidak menyelenggarakan Sholat Idul Fitri. Padahal mereka tahu, bahwa berkumpul bersama-sama dalam jumlah yang besar untuk memuji Tuhan semesta alam setelah melaksanakan perintahnya berpuasa 1 bulan penuh,  adalah suatu kebanggaan yang besar bagi Tuhan semesta alam itu. Kebanggaan yang dipastikan akan di tunjukkan pada malaikat, iblis dan seluruh makhluk di langit dan di bumi. Kebanggaan yang menyebabkan timbulnya Rahman dan Rahim Tuhan semesta alam itu pada manusia-manusia yang bertasbih itu. Dan berefek pada negara Republik Indonesia dimana mayoritasnya beragama Islam. Sholat Idul Fitri di rumah sendiri-sendiri tidaklah menimbulkan kebanggaan pada Tuhan semesta alam itu.

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Apakah benar COVID-19, merupakan suatu penyakit yang ganas dan menyebabkan banyak kematian? Apakah benar COVID-19 menimbulkan badai sitokin? Atau itu hanya utak atik para intelektual dokter Cina saja. Utak atik yang di setujui oleh WHO, dan kemudian di amini oleh mayoritas dokter sedunia. Padahal yang sesungguhnya, tidak terjadi badai sitokin, tapi itu hanyalah badai sicokin (rekayasa adanya badai sitokin pada COVID-19 yang di lakukan oleh dokter-dokter Cina).

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Sesungguhnya banyak juga dokter yang meragukan keganasan COVID-19 dengan badai sitokinnya itu. Salah satunya adalah seorang dokter bedah orthopedi (http://bergelora.com/opini-wawancara/artikel/13499-epidemiolog-vs-klinisi-kegagalan-mengatasi-wabah-corona.html). Dia merasa kecewa karena klinisi tidak memberikan sumbangan pemikiran  yang optimal dalam masalah COVID-19 itu. Terutama dalam masalah mendasarnya yaitu bagaimanakah sebenarnya COVID-19 itu (Patogenesis COVID-19). Bahkan dia mengatakan bahwa apa yang dilakukan para dokter klinisi selama ini dalam masalah COVID-19 adalah seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. Dia menggambarkan bila dalam permainan sepak bola, kesebelasan dokter klinisi kalah telah dari kesebelasan epidemiologis 0-3.

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Sebagai internist yang notabene adalah kapten dari kesebelasan klinisi, maka saya harus menjawab olok-olok dari dokter bedah orthopedi itu. Terlebih lagi sebagai internist senior (24 tahun sebagai internist).

Dan setelah saya mengeluarkan seluruh kemampuan untuk belajar COVID-19 itu, maka saya mendapatkan kesimpulan bahwa derajat keganasan COVID-19, hanyalah setingkat flu saja. Tidak ada BADAI SITOKIN. Itu hanyalah BADAI SICOKIN, buatan dokter-dokter Cina saja. COVID-19 tidak menyebabkan kematian. Semua kematian yang dikatakan karena COVID-19 tidak bisa di terima atau mutlak dipertanyakan kebenarannya.

Dengan dasar itu vaksinasi tidak berguna. Bila negara Yahudi Israel, dibolehkan oleh WHO untuk membuka masker karena mereka telah berhasil memvaksinasi sebanyak 55% rakyatnya, maka itu adalah suatu tipu daya Yahudi Internasional (bila di dasarkan atas bacaan saya tentang COVID-19).

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Saya yakin anda tidak setuju dengan apa yang saya katakan. Karena tidak sesuai dengan anjuran WHO dan para dokter-dokter itu. Tapi saya yakin pula bahwa anda adalah seorang intelektual. Dan ciri khas intelektual adalah haus akan kebenaran. Seperti juga mantan Presiden kita SBY tempo hari. Beliau adalah seorang intelektual. Karena itu beliau ingin mengetahui kebenaran itu. Beliau memfasilitasi saya untuk berdebat di Depkes,  dengan para pakar DBD, setelah saya melayangkan surat pada beliau Surat yang menolak  uji coba vaksin di Indonesia yang di setujui oleh WHO dan para pakar DBD Indonesia saat itu. Surat dari SBY itu  di keluarkan oleh Sekretariat Negara dengan nomor B-059/Kemsetneg/D-3/Ormas-LSM/SR.03/2012. Silahkan anda mengecek kebenaran surat tersebut.

Dengan dasar itu saya mengharapkan bahwa anda dapat juga memfasilitasi agar dapat terjadi diskusi terbuka, langsung tatap muka dalam masalah COVID-19 dengan pakar-pakar COVID-19 Indonesia. Perlu tatap muka langsung, supaya seluruh masalah tentang COVID-19 menjadi tuntas untuk di diskusikan. Dan kemudian hasil diskusi tersebut disebarluaskan pada seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian kegelisahan rakyat Indonesia termasuk para dokternya, atas kebijakan anda dalam masalah COVID-19 menjadi hilang.

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Bila bapak gagal untuk memfasilitasi pertemuan itu,  maka jangan salahkan bila rakyat Indonesia  yang beragama Islam menolak larangan mudik itu. Menolak untuk Sholat Idul Fitri di rumah. Polisi dan tentara anda tidak dapat melawan kemauan rakyat itu.

Kami menganggap COVID-19 adalah Fitnah Duhaima (Fitnah Gelap Gulita). Seperti yang di prediksi oleh Nabi Muhammad SAW. Suatu fitnah dimana seluruh manusia di bumi menurut saja apa yang di inginkan oleh penguasa kegelapan itu. Tidak ada tempat untuk bertanya tentang kebenaran. Tidak ada yang berani memberikan cahaya. Kalaupun ada cahaya,  itu adalah sangat kecil sekali. Seperti Ustadz yang mengatakan bahwa COVID-19 adalah Fitnah Duhaima. Ustadz itu sepengetahuan saya, adalah satu-satunya ustadz se Indonesia yang berani menyatakan COVID-19 adalah Fitnah Duhaima. Bahkan mungkin sedunia Islam hanya beliaulah ahli agama Islam yang berani menyatakan seperti itu.

Bapak Presiden RI yang terhormat,

Demikianlah surat saya. Semoga Allooh SWT melindungi Indonesia dan kita semuanya.

Aamiin ya robbal ‘aalamiin.

Wassalam.

dr. Taufiq Muhibbuddin Waly, Sp. PD

Note: Berikut saya sertakan juga jawaban terhadap Dokter Spesialis Bedah Orthopedi itu, sebagai bahan diskusi dari pakar-pakar COVID-19 Indonesia.

Tembusan:

  1. Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. Dr. (HC). H.Susilo Bambang Yudhoyono M.A., GCB., AC
  2. Ketua DPR/MPR RI
  3. Majelis Ulama Indonesia
  4. PBNU
  5. PP Muhammadiyah
  6. Habib Rizieq Syihab
  7. Ustadz Abdul Somad
  8. KH. Abdullah Gymnastiar
  9. Ustadz Adi Hidayat
  10. Buya Yahya
  11. Buya Gus Rizal
  12. Ustadz Salim Fillah
  13. Ustadz Felix Siaw
  14. Emha Ainun Najib
  15. Ustadz Haikal Hasan
  16. Ustadz Tengku Zulkarnain
  17. Ustadz Zulkifli Ali
  18. PBNU Tebu Ireng
  19. Amin Rais
  20. KH. Hasan Abdullah Sahal
  21. Pesantren Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan
  22. Gubernur DI Aceh
  23. Gubernur Sumatra Barat
  24. Gubernur DKI Jakarta
  25. Gubernur Jawa Barat
  26. Gubernur Jawa Tengah
  27. Gubernur Jawa Timur
  28. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
  29. Rocky Gerung
  30. Organisasi Kerjasama Negara Negara Islam