DENGAN ALASAN APA GENERASI MILINEAL INGIN MEMPERBAIKI FILM G30SPKI ARIFIN C NOER?

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

DENGAN ALASAN APA GENERASI MILINEAL INGIN MEMPERBAIKI FILM G30SPKI ARIFIN C NOER?

T. MUDWAL

PENDAHULUAN

Perintah panglima TNI untuk menonton film G30SPKI yang disutradarai oleh Arifin C Noer (ACN), seharusnya tidak memicu polemik besar. Karena PKI atau paham komunisme, berdasarkan TAPMPRS/ XXV/ 1966, masih diharamkan untuk berada di Indonesia. Bila timbul polemik besar, seperti saat ini, maka hal tersebut hanyalah membuktikan bahwa komunisme atau PKI telah berada di Indonesia, tapi masih dibawah tanah. Saya sendiri tidak ragu akan adanya PKI atau faham komunisme ini telah muncul lagi di Indonesia. Adanya keinginan pemerintah untuk membongkar kembali kuburan-kuburan dari anggota PKI, dan pidato Megawati yang melecehkan ajaran agama terutama agama Islam, menunjukkan adanya pengaruh kaum komunis di Indonesia. Dan saya telah merespon itu semua, dalam situs saya renungan-t.mudwal.com dengan membuat tulisan “Apakah Perlu Kuburan-Kuburan Dan Sumur-Sumur Itu Dibongkar Kembali?”, dan tulisan “Konsep Hidup Berpancasila Menurut Islam”.

Bapak Presiden Jokowi dalam suatu video mengatakan: “Nonton film apalagi yang mengenai sejarah itu penting”. Tetapi untuk anak-anak milenial yang sekarang, tentu saja mestinya dibuatkan film yang memang bisa masuk ke mereka. Biar ngerti bahaya komunisme, biar mereka tahu juga tentang PKI. Akan lebih baik kalau film yang paling baru yang lebih kekinian. Sehingga bisa masuk pada generasi milineal tersebut.

Pada perenungan saya, kata-kata bapak presiden itulah yang lebih memicu polemik (bukan perintah panglima TNI itu). Generasi milenial secara umum adalah generasi yang lahir diatas tahun 80an. Yaitu suatu generasi yang hidup dizaman informasi yang tidak terbatas. Jadi, keutamaan generasi milenial adalah kemampuan mereka untuk tanpa batas mengakses informasi dan mengolah informasi tersebut. Dengan dasar kemampuan yang tanpa batas megakses dan mengolah informasi, yang menjadi ciri khas generasi milineal itu, maka orang-orang yang lahir dibawah tahun 80 pun, dapat pula dianggap menjadi generasi milineal, bila mereka mempunyai kemampuan untuk mengakses informasi dan mengolah informasi tersebut. Efek dari adanya generasi milenial (baik yang lahir diatas tahun 80 atau dibawah tahun 80) adalah timbulnya kemungkinan untuk berubahnya segala paradigma. Paradigma yang salah bisa menjadi benar. Dan yang benar bisa menjadi salah. Bila informasi yang masuk itu dapat secara kuat menunjukkan bahwa PKI tidak bersalah, dan dilain pihak rakyat Indonesia tidak mampu mengkonter atau mengolah informasi tersebut, maka bisa timbul pendapat bahwa menonton film G30SPKI ACN adalah suatu kebodohan dan pembodohan masyarakat. Dengan dasar alasan diatas, maka membuat film baru, tentang apa yang terjadi di Indonesia pada tanggal 30 september 1965, mempunyai nilai yang sangat strategis. Karena film baru tersebut, bisa saja merubah paradigma, yang telah tertanam selama 52 tahun, bahwa PKI adalah terkutuk.

Mengingat kemungkinan akan bahaya dari film G30SPKI versi milenial itu, maka saya sebagai intelektual Indonesia, merasa terpanggil untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Diharapkan tulisan ini akan memicu intelektual Indonesia lainnya yang sepaham dengan saya, untuk menangkal dibuatnya film G30SPKi versi milenial yang kemungkinan akan mempunyai alur cerita dan kesimpulan yang berbeda dari film G30SPKI ACN.

Film G30SPKI versi milenial tersebut mungkin saja akan memberikan informasi terhadap rakyat Indonesia bahwa PKI adalah korban dari lawan-lawan politiknya. PKI tidaklah kejam, dalam menghancurkan lawan-lawan politiknya khusunya para jendral   angkatan darat. Pada saat ini pelecehan atau kritik-kritik terus ditimpakan pada film G30SPKI versi ACN. Walaupun sebenarnya kritikan tersebut tidak mendasar. Contoh Aidit yang tidak merokok dikatakan merokok, Soekarno yang sehat dinyatakan sakit berat. Gerwani menari-nari di lubang buaya dan terlihatnya peta Timor timur dibelakang Soeharto pada film itu (padahal tahun 1965 Timor-Timur belum masuk wilayah RI). Walaupun kritikan itu tidak elementer, tetapi dengan melihat kenyataan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia adalah bukan generasi milenial atau generasi milenial yang kurang cakap, maka pelecehan film G30SPKI ACN itu akan diterima oleh rakyat Indonesia. Dan akhirnya mereka akan menerima bila ada film Gerakan 30 September yang baru, dimana alur cerita dan kesimpulannya berbeda dengan film G30SPKI ACN.

DISKUSI

a. PKI adalah korban atau peristiwa gerakan 30 September adalah efek dari perebutan kekuasaan diantara elit jendral angkatan d

Bila kita tidak mempunyai alasan yang kuat untuk melawan itu, maka film G30SPKI yang baru kemungkinan akan berjudul “GESTOK 1965, Awal Kebiadaban Indonesia”. Prolog pada film itu akan memperlihatkan saat Soeharto menjadi Pangdam Jawa Tengah dan dituduh melakukan korupsi. Film juga akan menunjukkan kedekatan Soeharto dengan Untung dan Latif. Ketidaksukaan Soeharto pada Yani, Soetoyo, S.Parman, dan Pranoto Rekso Samudro. Film akan menunjukkan kelihaian Soeharto membujuk para pimpinan PKI untuk membunuh para jendral dan kemudian selepas para Jendral   itu terbunuh, Soeharto membasmi para PKI itu.

Semua yang saya tuliskan diatas mempunyai pondasi yang kuat, oleh karena didukung pakar studi internasional dari Universitas Cornell AS, Professor Benedict Richard O’Gorman Anderson (Ben Anderson). Jadi bila kita dapat menunjukkan alasan yang relevan untuk membantah pendapat Ben Anderson itu, maka tidak ada tempat untuk membuat film G30SPKI yang baru dimana alur cerita dan kesimpulannya bertolak belakang dengan film G30SPKI ACN.

Bila saya memperhatikan tulisan Ben Anderson itu maka saya tidak menemukan alasan yang kuat, dari pendapatnya yang menyatakan Gerakan 30 September adalah konflik internal dari para jendral angkatan darat. Atau PKI sebenarnya adalah korban. Itu adalah otak atik gathuk dari Ben Anderson saja. Ben Anderson tidak dapat melihat bahwa Soeharto tidak membuat kesalahan selama menjadi Pangdam Jawa Tengah. Ataupun kalau membuat kesalahan, maka kesalahannya adalah kecil saja. Itu yang menyebabkan Soeharto mendapatkan promosi untuk menjadi Pangkostrad. Kita tidak meragukan Jendral Nasution dalam hal promosi tersebut. Soeharto adalah seseorang yang dapat membawakan diri. Wajahnya selalu tersenyum. Jadi wajar saja, bila ia terlihat dekat dengan Untung, Latif, atau para pimpinan PKI lainnya. Sehingga menjadi wajar juga bila Soeharto tidak menjadi Target Man dari PKI. Menyatakan bahwa Soeharto berselisih hebat dengan Ahmad Yani, Soetoyo, S. Parman serta Pranoto S, sehingga menyebabkan Soeharto ingin menghabisi mereka semua adalah suatu pendapat yang absurd.

Untuk memperkuat alasannya, Ben Anderson mencoba memakai dasar dari data visum et repeterum para jendral yang terbunuh itu. Ben Anderson mendapatkan kenyataan bahwa pada visum et repeterum para jendral, tidak sesuai dengan berita-berita yang dikeluarkan angkatan darat. Menurut visum et repeterum, tidak ada penyiksaan apalagi penyiksaan dengan silet. Tidak ada pemotongan penis, pencongkelan mata. Padahal berita-berita itu dituliskan pada koran-koran angkatan darat. Dengan alasan itulah Ben Anderson dan sebagian intelektual Indonesia berkeyakinan bahwa PKI adalah korban dari move angkatan darat dibawah pimpinan Soeharto.

Bagi saya, seyogyanya Ben Anderson berfikir lebih luwes. Apa yang dituliskan oleh koran-koran angkatan darat itu adalah hanya suatu cara untuk menekan presiden Soekarno dan membangkitkan semangat rakyat untuk melawan PKI. Saya sendiri berkeyakinan bahwa Soekarno tidak terlibat dalam G30S PKI. Tapi Soekarno memang harus ditekan, karena secara perhitungan tidak mungkin melepaskan unsur kom dari NASAKOM. Ajaran NASAKOM merupakan kebanggaan utama dari Soekarno. Ajaran NASAKOM telah mendapat pujian internasional. Karena itu Soekarno akan bertahan sekuat daya dengan ajarannya tentang NASAKOM itu. Dan dia siap untuk menerima apapun juga atas sikapnya yang demikian itu. Sedangkan masalah visum et repeterum dari para jendral itu, sebaiknya Ben Anderson berpikir lebih teliti lagi.

Hasil visum et repeterum dari para jendral akan saya deskripsikan berdasarkan apa yang dipercaya oleh orang-orang yang membela PKI. Yaitu visum et repeterum yang terdapat pada tulisan Ben Anderson sediri, Indoleaks, dan indocropcircles.wordpress.com. Selain itu bisa dipastikan bahwa kita semua, tidak dapat membantah kebenaran bila ada suatu wawancara antara pelaku visum et repeterum dengan majalah atau koran terkemuka di Indoenesia yang kredibilitasnya telah diakui di Indonesia. Karena itu, wawancara yang seperti itu akan saya jadikan suatu referensi pula. Kesaksian dari polisi Sukitman, saksi hidup di lubang buaya, pada hemat saya perlu juga kita pertimbangkan.

VISUM ET REPETERUM DARI PARA JENDRAL

  1. Ahmad Yani (Indoleaks/Ben Anderson)

Pada tubuh mayat terdapat 8 luka tembak masuk dibagian depan dan 2 luka tembak masuk dibagian belakang, diperut terdapat 2 buah luka tembak keluar dan dipinggang sebuah luka tembak keluar.

  1. Panjaitan (wordpress.com/Ben Anderson)

Terdapat luka tembak masuk dibagian depan kepala, luka tembak masuk dibagian belakang kepala. Dibagian kiri kepala 2 luka tembak keluar. Dipunggung tangan kiri terdapat luka iris (wordpress.com).

Terdapat 3 luka tembak masuk dibagian kepala. Luka iris di tangan (Ben Anderson)

  1. MT. Haryono  (indocropcircles.wordpress.com+Ben Anderson)

Ditemukan luka tusuk benda tajam yang menembus samapi rongga perut. Ditemukan luka tusuk benda tajam dipunggung namun tidak menembus rongga dada. Ditangan kiri dan punggung tangan kanan terdapat luka karena kekerasan benda tumpul yang berat. (wordpress.com)

Didapatkan luka tusuk yang dalam diperut. Didapatkan luka tusuk di punggung. Pada tangan kiri dan pergelangan tangan kiri didapatkan kekerasan benda tumpul. (Ben Anderson)

3 orang jendral   itu semuanya mati di tempat tinggal masing-masing sebelum di bawa ke lubang buaya.

  1. Soeprapto (Indoleaks+Ben Anderson)

Didapatkan 8 luka tembak masuk dibagian depan dan 2 luka tembak masuk dibagian belakang. Diperut terdapat 2 buah luka tembak keluar dan dipunggung sebuah luka tembak keluar (Indoleaks)

Didapatkan 11 luka tembak pada banyak tempat diseluruh badannya. Didapatkan 6 laserasi dan patah tulang yang disebabkan oleh trauma tumpul disekitar kepala dan muka, salah satunya disebabkan oleh trauma tumpul pada betis. Didapatkan luka tumpul parah di regio lumbal dan paha kanan atas serta 3 sayatan yang diperkirakan dari ukuran kedalamannya mungkin disebabkan oleh bayonet. Didapatkan trauma tumpul pada betis. (Ben Anderson)

  1. Parman (indocropcircles.wordpress.com+Ben Anderson)

Didapatkan 3 luka tembak masuk dikepala bagian depan. 1 luka tembak masuk dipaha bagian depan. 1 luka tembak masuk dipantat sebelah kiri. 2 luka tembak keluar dikepala. 1 luka tembak keluar dipaha kanan bagian belakang. Luka-luka dan patah tulang karena kekerasan tumpul yang berat di kepala, rahang, dan tungkai bawah kiri. (WordPress.com)

5 luka tembak dikepala, laserasi serta patah tulang kepala, rahang dan kaki kiri bawah semuanya adalah akibat dari trauma tumpul yang berat. (Ben Anderson)

  1. Soetoyo (wordpress.com /Ben Anderson)

2 luka tembak masuk di tungkai kanan bagian depan. 1 luka tembak masuk dikepala sebelah kanan yang menuju kedepan. Sebuah luka tembak keluar dibetis kanan bagian tengah. 1 luka tembak keluar dikepala sebelah depan. Tangan kanan dan tengkorak retak karena kekerasan tumpul yang berat.

  1. Pierre Andreas Tendean (wordpress.com/Ben Anderson)

4 luka tembak masuk dibagian belakang. 2 luka tembak keluar dibagian depan. Luka-luka lecet didahi dan tangan kiri. 3 luka ternganga karena kekerasan tumpul di bagian kepala.

Dokter yang membuat visum et repeterum

  1. Arif Budianto/Lim Joey Thay
  2. Soetomo Tjokronegoro
  3. Rubiono Kertapati
  4. Frans Pattiasina
  5. Liaw Yan Siang

Saat dilakukannya visum tanggal 4 oktober dari pukul setengah 5 sore sampai dengan pukul setengah 1 malam tanggal 5 Oktober.

DISKUSI TENTANG VISUM

Dari data-data Visum et repeterum diatas maka satu hal mendasar yang harus kita jawab adalah visum itu benar atau tidak. Bila kita melihat visum et repeterum dari Jendral   MT Haryono timbul pertanyaan pada kita, kenapa tidak ada luka tembak satupun pada tubuh Letnan Jendral M.T Haryono tersebut. Padahal berdasarkan pengakuan serka Bungkus kepala pleton Tjakrabirawa yang mendatangi rumah M.T Haryono dalam wawancaranya dengan majalah tempo tahun 1999, mengatakan bahwa dia menembak Letjen M.T Haryono di rumahnya. Begitu pun dengan Serka Subur yang mendapatkan tugas yang sama dengan Bungkus. Istri M.T Haryono pun mengatakan bahwa suaminya ditembak, begitupun dengan anak-anak M.T Haryono. Bahkan dr. Arif Budianto mengatakan dalam wawancaranya dalam majalah tempo 30 September 2015 bahwa pada semua mayat jendral  terdapat luka tembak dari jarak dekat. Polisi Sukitman pun mengatakan semua mayat yang dimasukkan kedalam sumur lubang buaya mendapat tembakan terlebih dahulu. Jadi tidak terdapat keraguan bahwa pada tubuh M.T haryono didapatkan luka tembak dan mengatakan adanya luka tembak pada tubuh mayat adalah suatu hal yang mudah. Dan apabila dikatakan tidak terdapat atau tidak dituliskan adanya luka tembak pada tubuh Letjen M.T Haryono maka visum et repeterum itu adalah pasti palsu. Bila visum et repeterum M.T Haryono adalah palsu maka semua visum jendral-jendral yang lain kemungkinan adalah palsu juga. Atau semua yang dikatakan oleh koran-koran angkatan darat kemungkinan bisa juga benar. Atau teori dari Ben Anderson yang mengatakan bahwa PKI adalah korban berdasarkan bedanya visum et repeterum dengan berita pada koran-koran angkatan darat kemungkinan adalah salah. Dengan demikian film G30SPKI ACN kemungkinan adalah benar dan tidak diperlukan untuk membuat film yang baru.

Walaupun demikian, mengingat bahwa pekerjaan membuat visum pada begitu banyak korban dan dilakukan secara marathon dari pukul setengah 5 sore sampai setengah 1 pagi adalah suatu hal yang berat dan melelahkan, maka hal tersebut bisa menyebabkan adanya lupa dari para dokter untuk mengetiknya. Karena berdasarkan pencarian di mesin alat pencari, didapatkan tulisan pernyataan dari dr. Liaw Yan Siang yang menyatakan sebenarnya pembuat visum et repertum hanyalah 2 orang saja yaitu dirinya sendiri dan dr. Lim Joey Thay. Prof. Soetomo, Rubiono Kertapati tidak berada ditempat. Sedangkan dr. Frans Pattiasina ada ditempat namun tidak melakukan apapun. Dengan demikian pekerjaan yang sangat berat itu dipastikan akan menimbulkan efek lelah pada kedua dokter itu sehingga lupa untuk mengetik adanya luka tembak pada visum et repeterum pada M.T Haryono. Bila itu diakui maka teori Ben Anderson tentang PKI adalah korban kemungkinan bisa benar. Dengan demikian untuk menolak teori Ben Anderson kita harus membuktikan bahwa visum-visum yang dibuat oleh tim dokter itu (selain untuk Jendral   M.T Haryono) sebenarnya menunjukkan penyiksaan yang berat terhadap para jendral   atau apa yang dikemukakan oleh koran-koran angkatan darat adalah benar. Adanya penyiksaan dengan ditemukannya trauma-trauma tumpul pada tubuh jendral-jendral   baik yang dikepala, tangan, kaki dan di punggung menunjukkan suatu penyiksaan. Terlebih lagi bila, tanda-tanda penyiksaan itu dilakukan setelah jendral   itu dipastikan kematiannya. Menyiksa mayat yang telah mati adalah perbuatan yang sangat kejam. Bila kita mengakui bahwa Jendral M.T Haryono mati oleh karena tembakan seperti alasan saya diatas, maka dari mana datangnya luka-luka tusukan tersebut. Bila ada yang mengatakan bahwa tusukan-tusukan tersebut terjadi sebelum ditembak maka sumber yang mengatakan demikian sedikit sekali. Mereka mengatakan bahwa tusukan tersebut dilakukan sebelum ditembak karena tidak ada penerangan atau dalam keadaan gelap. Karena suasana yang gelap itu dan kemudian berkelebat suatu bayangan putih, sehingga mereka otomatis menusuk dengan bayonet bayangan putih tersebut. Baru setelah itu mereka menembak. Selain sumber yang mengatakan demikian hanya sedikit, reflek tentara adalah reflek menembak bukan reflek menusuk. Kecuali tentara itu adalah seorang samurai. Dengan alasan itu semoga diterima bahwa memang Jendral M.T Haryono ditembak dulu berkali-kali, sebelum ditusuk. Dan ini adalah perbuatan yang luar biasa kejam. Dengan demikian terpatahkan lagi teori Ben Anderson bahwa PKI tidak melakukan penyiksaan. Kekejaman PKI tidak berbeda jauh dengan apa yang diberitakan oleh harian angkatan darat. Walaupun demikian, saya mengakui demi menghormati para dokter pembuat visum itu bahwa memang tidak ada pencongkelan mata dan pemotongan penis. Karena melihat mayat mempunyai mata dan mempunyai penis adalah hal yang sangat mudah. Harus diakui kecerdasan ACN, yang meniadakan adegan pencongkelan mata atau pemotongan penis. Betapapun masyarakat luas menyakini hal tersebut terjadi. Seperti yang telah saya tuliskan di atas, sayapun mengakui tidak ada pencongkelan mata dan pemotongan penis. Berita-berita seperti itu adalah trik dari pusat penerangan AD untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap PKI dan menekan Soekarno. Lain halnya dengan penyiletan-penyiletan. Saya menyakini bahwa penyiksaan dengan penyiletan itu adalah ada. Namun itu sulit untuk diperiksa karena banyaknya mayat yang harus divisum serta yang bekerja hanya 2 orang dokter. Jangankan luka silet, luka tembak saja tidak mereka tuliskan. Karena itu terlihatnya silet pada film G30SPKI ACN adalah benar.

Trauma tumpul yang berat atau patah tulang yang terjadi pada para jendral   baik yang di kepala, tangan, kaki, punggung dan sebagainya, pada hemat saya bukanlah karena benturan dengan lubang buaya atau trauma karena jatuh ke dalam lubang buaya. Karena diameter lubang buaya cukup lebar yaitu 75cm dan ukuran diameter itu tetap sampai ke dasar sumur. Dengan demikian, semua mayat itu akan sampai ke dasar sumur tanpa mendapatkan hambatan yang berarti. Ketika sampai di sumur pun, kepala itu akan menyentuh air dan itu tidak membuat retak tulang kepala. Betapapun lubang buaya mempunyai kedalaman yang cukup dalam yaitu 12 meter. Bila dasar sumur itu telah tidak berair, itupun tidak akan membuat retak tulang kepala. Terlebih lagi pada mayat-mayat yang jatuh belakangan. Retak tulang kepala hanya mungkin terjadi apabila dasar sumur tersebut telah berubah menjadi semen. Karena itu bila kepala saja susah untuk retak, apalagi patah tulang kaki, patah tulang tangan, patah rahang, patah tulang punggung, seperti yang kita dapatkan pada visum dari tubuh para jendral itu. Karena yang masuk terlebih dulu adalah bukan kaki atau tangan tetapi kepala. Tidak mungkin memasukkan para jendral tersebut mulai dari kaki.

Dengan dasar alasan diatas, itu semua membuktikan bahwa PKI memang kejam. Kekejamannya kurang lebih sama dengan apa yang diutarakan oleh harian angkatan darat. Dengan demikian pula teori Ben Anderson yang menyatakan bahwa PKI adalah korban akibat konflik internal angkatan darat yang didasarkan atas bedanya visum et repeterum dengan berita harian angkatan darat adalah tidak dapat diterima.

b. Tidak ada penyiksaan dari para jendral terlebih lagi penyiletan, pencongkelan mata dan pemotongan alat kelamin.

Telah saya jawab pada point a.

c. Gerwani menari-nari di lubang buaya.

Ada atau tidaknya Gerwani di lubang buaya tidak ada hubungannya dengan adanya penyiksaan kejam pada para jendral seperti yang telah saya tuliskan di atas.

Kemana kita harus bertanya utuk memastikan adanya Gerwani di lubang buaya pada saat itu? Apakah pada Cakrabirawa pelaku penculikan itu? Apakah pada para anggota Gerwani yang masih hidup? Apakah pada anak-anak PKI? Ataukah pada Sukitman (seorang polisi yang selamat dari pembunuhan di lubang buaya). Semuanya mempunyai kelemahan masing-masing.

Cakrabirawa yang masih hidup atau Gerwani yang masih hidup atau anak-anak PKI, pasti membela PKI. Bahwa tidak ada Gerwani di lubang buaya. Terlebih lagi Gerwani yang menyanyi-nyanyi dan menari-nari. Sukitman, secara jelas menyatakan bahwa banyak sukarelawati-sukarelawati di lubang buaya (sulit dibantah bahwa itu adalah Gerwani). Tapi bagi pembela PKI, mereka pasti mengatakan Sukitman berbohong. Sukitman membela Soeharto. Karena pangkatnya terus-menerus dinaikkan Soeharto sehingga mencapai Letkol polisi/AKBP. Padahal dia hanyalah tamatan SD saja.

Bila kita memakai logika, maka sulit untuk membantah bahwa dipastikan adanya Gerwani di lubang buaya itu. Gerakan untuk menculik jendral-jendral adalah gerakan besar. Diperlukan ratusan bahkan ribuan orang untuk mendukung gerakan tersebut. Untuk itu diperlukan dapur umum yang besar. Dan bisa dipastikan perempuanlah yang bekerja di dapur. Sebegitu besarnya dapur umum itu. Sehingga ketika Sukitman telah keluar dari lubang buaya menuju Halim atau gedung Penas (Pemetaan Nasional) Sukitman dan beberapa tentara kembali lagi ke lubang buaya pada malam hari untuk mengambil makanan. Makanan yang akan diberikan pada ratusan tentara yang berada di Penas. Bahkan ada sumber yang menyatakan bahwa dapur umum G30S PKI tidak cukup besar.Sehingga banyak tentara-tentara pendukung G30S PKI yang kelaparan. Dan tentara-tentara lapar ini dengan cepat menyerah ketika pasukan Soeharto meminta mereka menyerah tanpa menembakkan satu butir pelurupun. Cerita yang saya tuliskan di atas itu untuk menunjukkan bahwa memang ada dapur umum besar di lubang buaya. Dan Gerwanilah yang bekerja di situ.

Dengan alasan-alasan di atas pula, adalah suatu hal yang wajar bila mereka bergembira, menyanyi-nyanyi, menari-nari ketika para penculik berhasil melaksanakan tugasnya menculik para jendral. Dan wajar juga bila mereka menari dan bernyanyi dengan lagu Genjer-Genjer. Sebab lagu Genjer-Genjer adalah lagu paling populer saat itu. Dimana kemudian lagu itu dijadikan oleh PKI menjadi lagu propaganda mereka.

Apakah ada ritual seks liar di lubang buaya? Pada hemat saya itu terlalu berlebihan. Yang ada adalah bergembira ria, bernyanyi dan menari dengan lagu-lagu terutam lagu Genjer-Genjer. Dengan dasar itu, adanya wanita-wanita yang menari dan bernyanyi dengan lagu Genjer-Genjer seperti pada film G30S PKI ACN adalah benar. Tidak adanya ritual seks pada film ACN itu adalah benar.

d. Soekarno dinyatakan sakit berat pada film itu, apakah benar?

Soekarno pingsan dan muntah-muntah ±11 kali pada bulan Agustus 1965. Semuanya, baik pro PKI maupun anti PKI menerima fakta itu. Tapi yang pro PKI menyatakan bahwa itu bukanlah gejala sakit berat. Itu hanya gejala masuk angin saja. Demikianlah yang dikatakan oleh dr. Soebandrio, seorang dokter umum yang lebih asik berpolitik ketimbang praktek sebagai dokter.

Berdasarkan apa yang saya baca tentang penyakit Soekarno maka saya mendiagnosis muntah-muntah berat yang terjadi itu, diakibatkan penyakit yang berat yaitu gagal ginjal yang telah berjalan kronik. Ginjal gagal membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Sisa-sisa metabolisme tubuh itulah yang menyebabkan Soekarno muntah-muntah berat. Muntah-muntah yang mengakibatkan dia pingsan akibat kekurangan cairan atau dehidrasi.

Aidit dan Soebandrio, telah tahu adanya penyakit ginjal yang diderita Soekarno itu. Sebab pada tahun 1964, Soekarno melakukan operasi angkat batu di Vienna, Austria. Dokter di Austria telah mengusulkan supaya Soekarno melakukan operasi transplantasi ginjal. Anjuran itu diberikan karena mesin cuci darah masih dalam perkembangan. Cuci darah pertama di AS baru dicoba tahun 1960. Sedangkan di Indonesia tahun 1972. Suatu sumber menyebutkan ginjal kiri Soekarno sudah tidak berfungsi sama sekali. Sedangkan ginjal kanan hanya berfungsi 25% lagi. Soekarno menolak untuk transplantasi karena belum siap.

Dengan informasi-informasi di atas maka film G30S PKI ACN yang menunjukkan keadaan Soekarno yang kurang sehat adalah benar. Kematian akibat stadium akhir dari gagal ginjal kronik, tanpa dilakukan transplantasi atau cuci darah memang dapat terjadi sewaktu-waktu.

e. Pada saat Soeharto berbicara terlihat peta Timor-Timur yang masih masuk wilayah RI.

Membuat film baru hanya untuk mengganti peta di belakang Soeharto adalah alasan yang mengada-ngada dan pemborosan. Tidak ada yang memperhatikan peta itu, kecuali orang yang mempunyai penyakit dalam hatinya.

f. Aidit merokok?

Aidit merokok atau tidak merokok, tidak ada hubungannya dengan kekejaman Aidit beserta PKInya. Yang paling tahu, seorang ayah merokok atau tidak adalah seorang istri atau anak yang telah akil baligh (>13 tahun). Umur Ilham Aidit baru 6 tahun saat itu. Tidak mungkin dia tahu bapaknya merokok atau tidak.

Majalah Intisari Maret 1964 menyatakan bahwa selama 2 jam wawancaranya dengan Aidit, terlihat Aidit sering merokok. Majalah Tempo tahun 2015 menulis Aidit meminta rokok pada TNI setelah ditangkap di Solo. Bila ada yang mengatakan bahwa anggota PKI tidak boleh merokok, maka itu adalah suatu hal yang aneh. Karena Stalin adalah perokok begitu juga dengan Mao Zedong. Tidak ada aturan tertulis dari PKI yang menunjukkan pada kita  bahwa anggota PKI dilarang merokok.

g. Efek horror dari film G30S PKI pada anak-anak.

Efek negatif dari film horror pada perkembangan mental anak-anak (<13 tahun), adalah anak tersebut menjadi mudah cemas dan penakut. Tapi itu baru terjadi bila menonton film horror terlalu sering. Menonton film horror sangat jarang atau hanya sekali setahun dan didampingi oleh orang tuanya, sangat sulit untuk menimbulkan efek negatif Apabila ada efek negatif kemungkinan besar, itu bukan karena menonton film G30S PKI ACN yang ditonton hanya setahun sekali itu. Tetapi karena film-film horror lainyang saat ini sangat mudah diakses melalui media-media elektronik. Yang kita harapkan pada anak-anak bila menonton G30S PKI ACN adalah timbulnya memori yang kuat untuk waspada terhadap paham komunisme atau PKI.

PENUTUP

Bila kita setuju, dengan apa yang telah saya tuliskan, maka tidak ada celah untuk membuat film baru. Film G30S PKI ACN, telah sesuai dengan cara berpikir generasi millennial. Pada akhirnya saya berharap tulisan ini dapat menjadi benteng dalam melawan faham komunisme yang saat ini terlihat marak di Indonesia.

Terimakasih pada panglima TNI dan presiden Jokowi, yang telah menyebabkan adanya polemik besar tentang film G30S PKI ACN. Polemik yang telah menyebabkan saya dan mungkin para intelektual bangsa Indonesia lainnya untuk mempelajari kembali sejarah komunisme dan PKI di Indonesia.

Kewaspadaan pada bahaya laten komunisme tidak boleh hilang. Karena itu saya bersyukur kepada Allooh, yang telah membocorkan pembicaraan panglima TNI ke masyarakat tentang 5000 pucuk senjata illegal itu. Mayoritas rakyat Indonesia Insya Allooh akan mendukung apapun tindakan panglima TNI, apabila tindakan tersebut didasarkan untuk menjaga keamanan dan keimanan rakyat Indonesia.
Semoga Allooh SWT melindungi Indonesia dari rencana makar PKI yang terkutuk.

Aamiin ya robbal ‘aalamiin

 

Comments are closed.