HIDUP ADALAH PILIHAN

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

HIDUP ADALAH PILIHAN

Cirebon, Indonesia 26 April 2020

Kepada Yth.

Para Pemimpin Negara-Negara dengan

Mayoritas Penduduknya Beragama Islam (OKI)

Di Tempat

Assalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh,

Dan Allooh SWT telah memberikan ujian pada kita semua dengan masalah COVID-19 ini. Dan dipastikan Dia Allooh ingin melihat bagaimana cara kita menghadapi ujian itu. Apakah kita akan mengikuti petunjuk para professor WHO itu supaya lulus ujian, ataukah kita menciptakan ilmu sendiri yang lebih baik ketimbang para professor WHO itu. Kita akan menari dengan gendang kita sendiri, bukan dengan gendang yang dipukul orang lain.

Para pemimpin negara-negara OKI yang terhormat,

COVID-19, benar-benar menguji ketahanan ekonomi dan kekuatan kekebalan dari negara dan rakyat kita semua. Diyakini bahwa tidak ada seorangpun diantara anda yang belum melaksanakan petunjuk dari para professor WHO itu. Anda telah mengurung rakyat anda, baik dengan cara lockdown total ataupun semi lockdown. Ada yang telah melakukannya selama 2 minggu, 1 bulan, atau bahkan lebih. Masalahnya adalah kapan semua itu akan berakhir? Kapan kita dapat sholat beramai-ramai lagi di masjid-masjid Allooh itu?

            Gaya hidup baik sesuai ajaran Islam, telah membuat korban yang jatuh di pihak kita, tidaklah sebanyak negara-negara kafir itu. Tapi ketahanan ekonomi kita, tidaklah sebaik dari negara-negara kafir itu. Pada akhirnya rakyat kita akan mati juga, bukan hanya karena COVID-19 tetapi juga oleh karena kelaparan dan penyakit-penyakit lainnya. Lebih dari itu, ketergantungan ekonomi kita pada negara-negara kafir itu makin bertambah. Atau penjajahan mereka secara ekonomi pada kita semua adalah suatu keniscayaan.

            Para pemimpin OKI yang terhormat,

Empat artikel yang saya anggap penting telah saya kirimkan kepada anda semua, yaitu: “Pengaruh Cina dalam Patogenesis, Diagnosa dan Terapi COVID-19”, “Dunia Ini Adalah Cluster Besar Untuk COVID=19”, “Cara Baru dari Lockdown”, “Tinjauan Terhadap Cara Penularan COVID-19”. Maka berdasarkan artikel-artikel itu, lockdown atau semi-lockdown yang kita lakukan hanya akan berefek kecil untuk memenangkan perang melawan COVID-19 itu. Tetapi berefek besar untuk melemahkan kekuatan ekonomi kita.

            Virus itu tidak dapat dicegah untuk menyebabkan terjadinya radang tenggorokan berkali-kali pada seseorang. Vaksinasi tidak dapat mecegah itu. Bila mereka negara-negara kaya, ingin memberikan vaksin COVID-19 pada rakyat kita secara gratispun, sudah sewajibnya kita tolak. Karena tidak berguna, dan dikhawatirkan dapat memberikan mudharat pada rakyat kita. Social disctancing yang kita lakukan hanyalah untuk menyelamatkan 5 % dari penduduk kita dengan imunitas rendah seperti orang-orang tua dan orang-orang dengan defisiensi imun lainnya. Secara penjabaran lebih lanjut social distancing yang kita lakukan hanyalah untuk menyelamatkan orang-orang tua dan orang-orang dengan defisiensi imun lainnya di dunia ini, yang berjumlah 5 % dari total penduduk bumi. Di lain pihak, seperti yang telah saya sebutkan bahwa kenyataan menunjukkan korban di pihak kita hanyalah sedikit. Sedangkan korban di pihak mereka adalah banyak. Gaya hidup mereka yang buruklah yang menyebabkan korban pada mereka lebih banyak daripada kita (pemakaian narkotika, LGBT, peminum alkohol penzina, dsb).

Para pemimpin negara-negara OKI yang terhormat,

            Dengan demikian, social distancing yang kita lakukan sebenarnya memberi keuntungan lebih banyak pada mereka. Tetapi hal tersebut membuat hancur ekonomi kita dan pada akhirnya membuat kita menjadi budak mereka.

            Sebenarnya cara terbaik untuk memenangkan perang terhadap COVID-19 ini adalah melakukan The New Way of Lockdown (saya telah mengirimkan ide ini pada PBB). Dunia ini  secara bersama-sama menjalankan lockdown total secara serempak, dengan berusaha sekuat mungkin memisahkan orang-orang dengan usia 65 tahun ke atas. Dengan pengaruh yang ada pada mereka terhadap PBB sebenarnya ide tersebut dapat dilaksanakan. Tetapi mereka menolak untuk melakukan ide-ide itu, dan membiarkan dunia ini dalam ketidakpastian dan kesusahan.

WHO meminta kita untuk mencari orang-orang yang dicurigai atau terinfeksi COVID-19 sebanyak-banyaknya. Padahal kita tidak mampu untuk melakukan RT-PCR sebanyak-banyaknya. Di lain pihak, pemeriksaan cepat immunoglobulin (rapid test), dapat dikatakan tidak berguna dan hanya menimbulkan keresahan.

Para pemimpin negara-negara OKI yang terhormat,

Dengan dasar-dasar di atas, pada hemat saya adalah suatu kesalahan besar bila kita mengikuti anjuran para professor WHO, untuk terus melakukan social distancing dan mencari-cari rakyat kita yang terduga atau terinfeksi COVID-19. Tidak ada yang untung, bila hal itu dilakukan kecuali pemukul gendang. Sedangkan  kita semua akan kecapean karena terus-menerus menari tanpa henti. Pada akhirnya bayaran dari penonton akan dinikmati oleh pemukul gendang saja.

Hidup adalah pilihan. Karena itu, pada hemat saya sudah saatnya kita memilih untuk berjihad melawan COVID-19 itu di jalan-jalan. Kita akan melepaskan masker kita, akan berjabat tangan lagi, akan mengisi masjid-masjid itu kembali. Tidak ada lagi saudara kita yang meninggal oleh karena penyakit apapun yang tidak disholatkan dan tidak dikafani. Semuanya dikuburkan tanpa peti dan tanpa plastik.

Pada hari raya kemenangan ini (1 Syawal) kita akan memenuhi masjid dan lapangan itu. Kita akan memuji Allooh SWT, sekuat-kuatnya dan sebebas-bebasnya. Karena kita telah menang melawan setan dan COVID-19.

Alloohu Akbar-Alloohu Akbar Wa Lillaah Ilhamd.

Semoga Allooh SWT memenangkan kita semua,

Aamiin YRA.

Wassalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh.

Taufiq Muhibbuddin Waly