Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Cirebon, Indonesia October 18th 2020
To Honorable,
Policy Makers of COVID-19’s Problem
Of This Earth
Peace and blessings be upon you all,
Just like what we both have known together, USA under Trump’s administration received many condemnations from international mass medias, especially from mass medias inside of US themselves. Here, I hereby send you my writing as a balancing factor regarding the statement.
May it be beneficial.
Regards,
T.MUDWAL
Sent to:
1. President of USA
2. United Nations
3. Leaders of Organizations of Islamic Cooperation (OIC)
4. World Medical Association
5. International Association of Moslem Scholars
6. Indonesian Medical Association
7. International Society of Internal Medicine
8. Indonesian Society of Internal Medicine
9. International Respiratory Society
10.Indonesian Society of Respirology
11.International Paediatric Association
12.Indonesian Paediatric Society
13.International Forensics Association
14.Indonesian Association of Forensics Medicine
15.Indonesian Figures & Ulama
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
TRUMP MENJAWAB THE NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE (NEJM)
T.MUDWAL
Saya telah membaca artikel yang ditulis oleh para editor anda itu. Intinya adalah anda menyalahkan saya, karena saya tidak memakai masker. Karena hal tersebut, maka matilah lebih dari 200.000 rakyat Amerika Serikat. Karena hal itu pula maka terpuruklah ekonomi AS. Sengsaralah seluruh rakyat AS.
Para editor NEJM yang pintar-pintar.
Kenapa saya belum mati padahal tidak memakai masker? Saya meninggalkan rumah sakit kita yang hebat itu, karena saya yakin bahwa panjangnya umur saya justru berada di luar rumah sakit. Horor COVID-19 yang memenuhi kepala saya itulah yang menyebabkan saya sedikit sesak.
Horor bahwa COVID-19 adalah penyakit yang mematikan dipastikan juga terdapat pada dokter yang memeriksa saya. Bahkan pada seluruh rakyat AS. Bahwa kalau mereka mendapatkan hasil pemeriksaan COVID-19 yang positif maka bayangan kematian secara cepat akan memenuhi otak mereka. Di isolasinya saya seorang diri dan semua yang datang ke saya berpakaian sangat menakutkan menambah kecemasan saya. Semua yang datang ke saya memakai baju yang serba tertutup bahkan matanya pun tidak kelihatan. Sepertinya saya adalah seseorang yang menakutkan bagi mereka. Jauh lebih menakutkan ketimbang seseorang yang berpenyakit kusta pada zaman Yesus Kristus. Semua itulah yang menyebabkan saya menjadi sedikit sesak.
Pada hemat saya, hal-hal yang saya sebutkan di atas itulah yang menyebabkan seseorang yang tanpa gejala atau hanya mengeluh gejala flu saja dan di isolasi di rumah sakit, akan cepat menjadi lebih buruk keadaanya. Betapapun mereka berusia jauh lebih muda dari saya dan tidak mempunyai penyakit-penyakit kronik seperti saya. Saya pun tidak mengerti, mengapa saya di berikan obat-obat yang justru menekan kekebalan saya, seperti dexametason dan antibodi monoklonal itu. Seperti yang saya baca pada buku-buku (setelah saya mendapatkan obat-obat tersebut). Padahal keluhan saya hanyalah ringan saja. Sedikit sesak dan panas. Sesak yang di akibatkan bukan oleh karena virus itu telah berada di paru-paru saya. Tetapi oleh karena ancaman horor kematian yang ada di otak saya dan di perberat dengan suasana isolasi di rumah sakit.
Saudara-saudara para editor NEJM yang pintar-pintar.
Saya mendapatkan tulisan dari teman saya, seorang dokter yang mengatakan bahwa kesalahan utama WHO yang di ikuti oleh para dokter sedunia adalah menyamakan terjadinya COVID-19 dengan penyakit SARS[1]. Dia mengatakan bahwa berdasarkan kepustakaan yang dibacanya terjadinya COVID-19 diawali oleh terinfeksinya sel-sel disaluran nafas bagian atas. Jadi seperti penyakit influenza. Saya tidak akan mati oleh karena influenza. Begitupun rakyat AS. Bahkan pasien HIV pun, yang tidak berobat dengan baik untuk HIV nya, tidak akan mati oleh karena COVID-19 atau influenza (begitu kata teman saya itu).
Dilain pihak, terjadinya penyakit SARS yang mematikan itu, berawal dari terinfeksinya sel-sel di saluran nafas bagian bawah, yang dekat dengan sel-sel di paru-paru. Dengan demikian SARS akan mudah menyebabkan kerusakan paru-paru dan kematian.
Mengatakan bahwa akan terjadi reaksi hebat dari tubuh yang dapat menyebabkan bermacam-macam organ tubuh menjadi rusak, menurut teman saya itu tidak akan terjadi. Karena teori tersebut di dasarkan pada penelitian dengan menyuntikkan virus penyebab COVID-19, pada tubuh tikus. Atau virus itu langsung berada pada darah tikus. Dilain pihak masuknya virus itu, ketubuh kita, adalah melalui pernafasan kita. Sehingga gejalanya akan seperti flu biasa saja. Dan tidak mungkin merusak paru-paru terlebih lagi organ-organ dalam lainnya.
Dengan demikan, saya menyetujui usulan teman saya itu untuk menghilangkan kata SARS pada virus penyebab COVID-19 itu. Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS COV 2), saya setujui untuk di rubah menjadi Corona Virus 2 Wuhan (COV 2 Wuhan). Kata Wuhan perlu di cantumkan sebagai catatan sejarah pada anak cucu kita ratusan tahun kedepan. Bahwa pernah terjadi pandemi virus corona yang melanda dunia ini, dan di awali dari kota Wuhan Cina.
Saudara-saudara para editor NEJM yang pintar-pintar.
Bersyukur bahwa saat ini, hasil swab tenggorokan saya negatif. Saya yakin, telah kebal terhadap COVID-19. Tetapi teman saya yang dokter itu, menyatakan bahwa kekebalan yang saya dapatkan tidak berguna. Atau bisa saja, swab tenggorokan saya positif lagi 2-3 bulan ke depan. Bahkan mungkin 1-2 minggu ke depan. Karena itu dia menyarankan, supaya saya jangan lagi memeriksa swab tenggorokan itu. Untuk tidak membuat heboh Amerika Serikat dan dunia. Saya tidak mengerti hal itu. Untuk selanjutnya masalah penyakit COVID-19, silahkan anda berdiskusi dengan teman saya tersebut.
Sekarang, kita berdiskusi dengan angka-angka apakah tuduhan anda bahwa AS dibawah kepemimpinan saya, mengabaikan pencegahan pandemi COVID-19 ini. Bahkan anda mengatakan bahwa dibawah kepemimpinan saya AS adalah negara terburuk sedunia dalam masalah COVID-19 ini.
Anda mengatakan bahwa angka COVID-19 positif di AS, yang lebih dari 7 juta jiwa dan kematian lebih dari 200.000 orang adalah yang terburuk di dunia. Anda membandingkannya dengan Cina. Saya sependapat dengan sebagian orang-orang yang mengatakan bahwa apapun yang berasal dari Cina, harus diwaspadai. Begitupun dengan teman saya yang dokter itu. Dengan kewaspadaannya dia dapat menemukan keanehan-keanehan penelitian dari jurnal-jurnal Cina. Karena itu, kita coba lihat India. Suatu negara yang penduduknya hampir sama banyaknya dengan Cina.
India mempunyai angka kepositifan sebanyak 7.037.694 orang. Tes COVID yang sudah dilakukan sebanyak 85.798.698 orang (6,26% dari penduduk India yang berjumlah 1.383.715.576 orang). Di dapatkan angka kematian sebanyak 108.047 orang.[2]
Bagaimana dengan AS?
Penduduk kita sebanyak 331.536.904. Sebanyak 35,19% nya (116.686.998 orang) telah kita periksa. Atau pemeriksaan kita 5,67 kali lebih banyak ketimbang India. Dengan cara berhitung linear, maka bila India memeriksa 35,19% penduduknya maka kemungkinan penduduk India terinfeksi COVID-19 adalah 5,67 x 7.037.694 yaitu 39.904.000 orang. Jauh lebih banyak dari AS yang hanya 7.912.262 orang. Begitupun dengan angka kematian. Bila India memeriksa 35,19% penduduknya, maka secara perhitungan linear angka kematiannya mencapai 5,67 x 108.047 = 612.626 orang. Angka kematian yang sangat jauh lebih banyak, ketimbang AS yang hanya 218.878 orang.
Dengan dasar itu, apakah pantas bila dikatakan India adalah yang terburuk di dunia, dalam penanganan COVID-19? Karena India mempunyai 39.904.000 orang terinfeksi COVID-19 dan 612.626 yang mengalami kematian. Dengan pola pikir NEJM maka tidak dapat dibantah bahwa India adalah yang terburuk di dunia.
Tapi, bila kita lihat secara persentase, maka 39.904.000 orang itu hanyalah 2,88% dari jumlah total penduduk India. Sedangkan 612.626 orang itu adalah 0,000442 atau 442/juta penduduk India mati karena COVID-19. Sedangkan data dari AS 7.912.262 adalah 2,38% dari total penduduk AS (lebih rendah sedikit daripada India). Sedangkan angka kematian yang 218.878 itu adalah 0,000660, atau 660 orang/juta penduduk AS yang mati oleh karena COVID-19 (lebih besar sedikit dari India).
Kita lihat dari data-data itu, bahwa angka 7 juta lebih yang terinfeksi COVID-19 di AS, tidak berarti apa-apa dibandingkan 39 juta orang yang terinfeksi COVID-19 di India. Tetapi ternyata secara persentase jumlah penduduk hanya berbeda sedikit dengan AS (2,88% vs 2,38%). Begitupun angka kematian 612.626 orang yang dikatakan meninggal oleh karena COVID-19 di India, jelas jauh lebih banyak ketimbang 218.878 orang di AS. Tetapi secara persentase jumlah penduduk ternyata AS lebih besar dari India (660/juta penduduk vs 442/juta penduduk).
Dengan alasan di atas, mengatakan bahwa AS adalah yang terburuk di dunia dalam penanganan COVID-19, karena kematian dan kepositifannya paling tinggi di dunia, tidaklah dapat diterima. Jumlah pemeriksaan COVID-19, jumlah kepositifan dan jumlah penduduk, harus diperhitungkan. Jumlah yang banyak belum tentu secara persentase dari total penduduk akan banyak.
Di lain pihak, jumlah kematian yang tinggi dan dikatakan oleh karena COVID-19 itupun harus dipertanyakan. Itu tergantung tingkat kepercayaan dokter terhadap teori COVID-19 dari WHO dan dihitung atau tidaknya orang-orang yang meninggal setelah melewati life expectancy-nya. Bila para dokter, tidak terpengaruh dengan teori penyakit seribu muka COVID-19 dari WHO, dan orang-orang yang telah melewati life expectancynya tidak dihitung, maka kematian akibat COVID-19 di AS, adalah setingkat dengan influenza. Yaitu dibawah 1% (±0.6%). Begitulah yang saya baca dari artikel teman saya yang dokter itu. [1,3].
Saudara – saudara para editor NEJM yang pintar- pintar.
Dengan alasan – alasan, Seperti apa yang dikemukakan diatas, maka saya harapkan anda mengerti, bahwa tuduhan anda terhadap saya tidak mempunyai alasan yang kuat. Betapapun saya tidak memakai masker, hasil yang didapatkan dalam menangani COVID-19, bukanlah yang terburuk di dunia. Pada orang seusia saya, memakai masker hanya menambah nafas saya bertambah sesak. Teman saya yang dokter itu, bahkan mengatakan bisa berbahaya. Karena CO2 yang susah payah saya lepaskan, terhisap kembali oleh saya.
Kita bangsa AS, tidak takut kepada COVID-19, seperti tidak takutnya kita terhadap influeza. Sistem kehidupan di AS harus kembali berjalan normal. Termasuk masalah kampanye presiden AS. Saya bukanlah seseorang penderita kusta yang harus dijauhi seperti zaman Yesus Kristus. Dimana untuk berdebat saja harus melalui virtual. Andalah dan orang – orang seperti andalah yang menyebabkan AS berada dalam kesengsaraan seperti sekarang ini. Anda semua telah menanamkan keyakinan akan horornya COVID-19 pada rakyat AS dan seluruh dunia. Saya menginginkan semua rakyat mereka keluar dari rumahnya,beraktivitas seperti baisanya. Andalah yang menginginkan mereka untuk terus terpenjara di dalam rumahnya. Andalah yang menjatuhkan perekonomian dan menyengsarakan rakyat AS.
Bagi saya pandemi COVID-19 telah berahir. Alasan-nya adalah kematian serentak, masif dan terus menerus pada orang tua yang telah melewati life expetancy-nya telah selesai. Yang ada sekarang pada kita semua adalah rasa takut yang sangat kuat. Rasa takut yang sangat kuat pada suatu penyakit yang hanya setingkat infulenza. Rasa takut yang kita manifestasikan dengan melakukan tes COVID-19, sebanyak mungkin pada rakyat kita dan mempersiapkan vaksinasi. Suatu vaksinasi yang menurut teman saya yang dokter itu, hanyalah suatu tipuan saja. Oleh karena tidak dapat melindungi kita dari serangan COVID-19 berkali-kali. [1]
Dan terahir saya ingatkan pada kalian semua para editor yang terhormat, AS adalah tertinggi kedua sedunia dalam melakukan tes, setelah Singapura. Singapura 54% dan kita 35,19%. Sedangkan Cina yang anda banggakan itu hanya melakukan tes “11,11%” pada rakyatnya.
Semoga jawaban terhadap anda, dapat membuat dunia menjadi waspada terhadap tipu daya COVID-19. Amin.
Referensi:
- Waly TM. COVID-19: AZAB ALLOOH PADA DUNIA ATAU DUNIA MENGAZAB DIRINYA SENDIRI (Suatu Diskusi Dengan Jurnal-Jurnal Internasional). https://dhf-revolutionafankelijkheid.net/covid-19-azab-allooh-pada-dunia-atau-dunia-mengazab-dirinya-sendiri/
- Worldmeter. COVID-19 Coronavirus Pandemic. 2020, accessed on October 10th 2020 11.30 PM GMT+8 from https://www.worldometer.info/coronavirus/coronavirus-cases/.
- Waly TM. Intermezzo: The Death of 100.000 US People and The Horror of COVID-19 (The COVID-19 Pandemic Has Been Over). http://dhf-revolution-afankelijkheid.net/